“…Jiwaku selalu…tertekan dalam diriku…oleh sebab itu aku akan
berharap: Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya
rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! “TUHAN adalah
bagianku,”…aku berharap kepada-Nya. TUHAN adalah baik bagi orang yang
berharap kepada-Nya…Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.”
Manusia dengan strata apapun, kaya ataupun miskin, tua ataupun muda,
berpendidikan ataupun tidak berpendidikan, tidak akan lepas dari yang
namanya permasalahan hidup. Ketika manusia melihat keadaan dunia pada
akhir-akhir ini kekuatiran akan memenuhi hatinya. Tetapi seberat apapun
keadaan kita segala sesuatunya tergantung kepada iman kita. Iman itulah
yang membuat kita kuat / tegar / mampu untuk menghadapi segala hal yang
buruk yang ada dalam hidup kita. Kemampuan untuk menghadapi rasa kuatir
dan gentar itu tergantung dari bagaimana kita merespon setiap keadaan
yang kita alami.
Kitab Ratapan adalah sebuah kitab yang ditulis oleh Nabi Yeremia.
Nabi ini adalah nabi yang hidup pada saat umat Tuhan di Yerusalem sedang
mengalami kerusakan moral. Dan Yeremia sangat sedih melihat kondisi
ini. Perhatikan kitab Ratapan yang hanya berisi lima pasal dan semuanya
mengisahkan tentang keluhan, air mata maupun jeritan hati seorang nabi,
karena melihat kondisi kota Yerusalem. Nabi Yeremia sering menangis,
berkeluh kesah dan meratap karena merasa terbeban dengan keadaan
Yerusalem yang mengalami murka Allah. Kota Yerusalem mengalami
kehancuran akibat umat Allah tidak lagi menghargai Allah. Hati Yeremia
merasa pilu dan pedih melihat kehancuran umat pilihan Allah beserta
dengan seluruh kekayaan dan kejayaannya. Perkakas-perkakas bait Allah
dihancurkan, barang-barang berharga dibawa pergi keluar dari Yerusalem,
dan banyak orang-orang cerdik pandai dibawa sebagai tawanan. Yang ada
hanyalah kekeringan, kegersangan, dan kesengsaraan. Demikianlah gambaran
keadaan hidup kita pada umumnya. Begitu banyak problema, kesulitan,
penderitaan dan tekanan hidup yang membuat kita lemah dan menyerah.
Seolah-olah tidak ada kekuatan untuk menjalaninya. Tidak ada lagi
semangat dan keceriaan dalam hidup kita.
Tetapi dalam pasal 3, ada ayat-ayat yang merupakan kekuatan dan
penghiburan seolah-olah sebuah oase di tengah padang gurun yang kering
dan gersang. Ada pengharapan bagi kita yang hidup dalam tekanan dan
kesengsaraan. Demikianlah gambaran keadaan hidup kita pada umumnya.
Begitu banyak problema, kesulitan, penderitaan dan tekanan hidup yang
membuat kita lemah dan menyerah. Seolah-olah tidak ada kekuatan untuk
menjalaninya. Tidak ada lagi semangat dan keceriaan dalam hidup kita.
Tetapi dalam pasal 3 ada ayat-ayat yang merupakan kekuatan dan
penghiburan seolah-oleh sebuah oase di tengah padang gurun yang kering
dan gersang. Ada pengharapan bagi kita yang hidup dalam tekanan dan
kesengsaraan. Firman Allah yang adalah sumber mata air yang sejuk, akan
selalu memunculkan harapan yang baru di dalam hidup kita. FirmanNya
selalu menjadi jawaban sehingga kita tetap tegar dalam mengahadapi
berbagai macam kesulitan. Beberapa rahasia untuk mendapatkan kekuatan
dan jawaban Allah bagi kita :
1. Ingat Selalu akan Kasih Setia Tuhan
”Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” (Ratapan 3:22-23).
Ipuh (ayat 19) merupakan ramuan yang diformulasikan untuk membuat
sebuah obat yang rasanya sangat pahit bagi orang sakit. Kehidupan
manusia sering berada pada kondisi yang terkadang pahit dan mematikan.
Tetapi kita bisa membawa pikiran kita untuk selalu mengingat,
memperhatikan dan menghitung kebaikan serta kasih setia Tuhan. Pemazmur
menulis dalam Mazmur 90:12 ”Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana.” Cobalah untuk tidak terlalu memikirkan serta berhenti menghitung segala masalah dan sengsara kita. Serahkan segalanya kepada Tuhan karena setiap sengsara kita telah Tuhan hitung dan air mata kita Dia taruh ke dalam kirbat-Nya. (Mazmur 56:9).
Bagian Allah adalah menghitung air mata dan kesusahan kita, sedangkan
bagian kita adalah menghitung kasih setia, berkat-berkat dan kebaikan
Tuhan. Tuhan tidak pernah lupa akan janjiNya. Ia akan menepatinya tepat
pada waktunya karena Ia tahu waktu yang tepat untuk membebaskan kita
dari kesengsaraan kita.
2. Menjadikan Tuhan Sebagai Harta Kesayangan
”TUHAN adalah bagianku, kata jiwaku, oleh sebab itu aku berharap kepada-Nya.” (Ratapan 3:24).Terjemahan
lain mengatakan “Tuhan adalah harta yang terbesar.” Jadikan Tuhan
sebagai harta kesayangan, bagian yang terpenting dan segala-galanya
dalam hidup kita. Harta dan materi dunia ini adalah hal yang fana. Apa
saja dapat membuat segala harta dan kekayaan kita hilang musnah.
Daud dengan tepat memposisikan Tuhan atas dirinya. Ia berkata dalam Mazmur 73:25-26 : ”Siapa
gerangan ada padaku di sorga selain Engkau? Selain Engkau tidak ada
yang kuingini di bumi. Sekalipun dagingku dan hatiku habis lenyap,
gunung batuku dan bagianku tetaplah Allah selama-lamanya.”Masalah
boleh datang tetapi masalah tidak akan membuat kita kehilangan
segala-galanya, karena Tuhan yang ada di dalam hati kita adalah harta
kesayangan dan bagian yang tidak akan pernah bisa diambil dari kita.
Tuhan adalah pelepas bagi kesengsaraan dan kesesakan kita.
”Tetapi
aku bersorak-sorak karena TUHAN, aku girang karena keselamatan dari
pada-Nya; segala tulangku berkata: “Ya, TUHAN, siapakah yang seperti
Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat
dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang
merampasi dia? “ (Mazmur 35:9-10).
Pengakuan raja Daud ini harus
kita alami pada saat kesengsaraan itu terjadi dalam hidup kita. Sejak
Daud masih sangat muda, sampai masa tuanya, pengalaman hidup Daud
membawanya mengenal Tuhan secara pribadi dengan sangat baik.
”Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak
pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta
roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak
cucunya menjadi berkat.” (Mazmur 37: 25-26).
Pengalaman
hidup kita memang tidak sama dengan pengalaman hidup raja Daud dan
bahkan tidak pernah sama satu dengan yang lain. Tetapi Allah kita adalah
Allah yang sama yang disembah oleh Daud. Allah yang memapah kita ketika
kita tidak dapat lagi berbuat apa-apa. Tuhan yang berperang gantikan kita (Keluaran 14:14)
ketika kita berada di dalam pergumulan.
Kenali siapa yang kita sembah.
Kita menyembah Allah yang disembah oleh Abraham, Ishak dan Yakub. Allah
yang ajaib dan besar. Allah yang maha kuasa yang sanggup untuk
mengangkat dan memulihkan hidup kita. Dialah segala-galanya bagi kita.
Kesulitan yang terbesar bagi manusia adalah lepas dari dosa, tetapi hal
itupun telah Allah selesaikan di atas Golgota. Apalagi masalah kehidupan
kita ’yang kecil-kecil’, pasti Allah sanggup selesaikan. Jangan
lepaskan Dia karena di luar Dia, kita tidak bisa berbuat apa-apa (Yohanes 15:5).
3. Berharap Selalu kepada Allah
“TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia” (Ratapan 3:25). Percayalah kepada Tuhan setiap waktu dan curahkanlah isi hati kita di hadapan Tuhan karena Allah adalah tempat perlindungan kita (Mazmur 62:9).
Tuhan itu baik, berharaplah kepadaNya karena di dalam Dia ada ketenangan. Seperti yang Mazmur 62:2-3 katakan, ”Hanya
dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Hanya
Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan
goyah. TUHAN senang kepada orang-orang yang takut akan Dia, kepada
orang-orang yang berharap akan kasih setia-Nya. (Mazmur 147:11).
Perjanjian Tuhan tidak pernah luput / batal terhadap anak-anak Tuhan
yang berharap kepada Tuhan. Sebagai sesama anak Tuhan, kita perlu saling
mendukung di dalam doa agar pengharapan kita tetap tertuju pada Tuhan.
Dalam 2 Raja-raja 6:8-23 diceritakan bahwa Gehazi, pembantu Elisa
merasa khawatir dan takut ketika bangsa Israel harus berperang melawan
bangsa Aram. Ketika Gehazi bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, ia
melihat suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu.
Dan Elisa berkata “Jangan takut, sebab lebih banyak yang menyertai kita dari pada yang menyertai mereka.” (ay. 16).
Terkadang permasalahan menutup mata rohani kita sehingga kita tidak
dapat melihat kedahsyatan dan kebesaran Tuhan. Tetapi ketika kita berdoa
dengan segenap hati dan berserah, Allah akan melakukan hal-hal yang
jauh lebih baik dari yang kita doakan seperti yang Tuhan janjikan dalam Efesus 3:20 : ”Bagi
Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita
doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di
dalam kita.” Tuhan menolong kita dengan berbagai macam cara di luar pemikiran kita dan berharap kepada Tuhan tidak akan pernah kecewa.
4. Menanti-nantikan Tuhan
”Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.” (Ratapan 3:26).
Jangan bertindak dengan terburu-buru. Seperti proses metamorfosis,
seekor ulat yang berubah menjadi kupu-kupu selalu mengalami proses
menjadi kepompong dan membutuhkan beberapa waktu untuk tiba saatnya ia
akan keluar menjadi seekor kupu-kupu. Jika kepompong yang berisi
kupu-kupu itu disayat dan dipaksa keluar, ia memang tetap bisa terbang.
Tetapi tidak berapa lama kemudian kupu-kupu itu akan mati karena
prosesnya kurang sempurna dan kupu-kupu tersebut tidak pernah mengalami
proses ’pergumulan’ untuk keluar dari kepompongnya sehingga ia tidak
kuat untuk terbang. Jika kita sedang dalam pergumulan, berdoalah dan
nantikanlah pertolongan Tuhan.
Dengan kacamata iman, kita akan melihat
bahwa pergumulan yang kita alami sebenarnya hanyalah berukuran kecil.
Jika kita memakai kacamata firman Allah, kita akan dapat melihat bahwa
Allah ada di pihak kita dan akan memberikan kita kemenangan atas setiap
permasalahan hidup kita. Jangan memaksakan waktunya Tuhan. Jika kita
bertindak sesuai dengan waktunya kita, kita hanya akan menemui
kekecewaan. Tunggulah dengan sabar di kaki Tuhan (berdoa), maka Allah
akan menolong kita tepat pada waktunya. ”…tetapi orang-orang yang
menanti-nantikan TUHAN mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali
yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak
menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.” (Yesaya 40:31).
Bahasa asli kata “menanti-nanti” ini memiliki arti ”memintal”(tali yang
di bentuk dari beberapa serat tali). Hidup manusia penuh dengan
keterbatasan, tapi apabila kita “memintalkan” diri kita (menyatu /
manunggal) dengan Dia yang tak terbatas, maka disanalah letak kekuatan
kita. Dunia ini sarat dengan problem. banyak orang sudah merasa lelah
dalam menjalani hidup ini. Tetapi apabila kita melekat / menempel,
menyatu dengan Dia, maka tidak ada yang dapat membuat kita lelah, karena
di dalam Tuhan selalu ada kekuatan baru. Teruslah memintal hingga
menghasilkan karya yang luar biasa dari Tuhan. KuasaNya akan nyata dalam
hidup kita.
Di dalam menanti-nantikan Tuhan kiranya ada pujian yang keluar dari
mulut kita, kerena di dalam pujian ada kemenangan yang luar biasa.
Secara manusia mungkin kita tidak dapat memuji Tuhan ketika kita
mengalami kelemahan. Tetapi kita dapat memerintah jiwa kita seperti yang
pemazmur katakan dalam Mazmur 103:2, “Pujilah Tuhan hai jiwaku…”.
Ada beberapa contoh di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa pujian
kepada Allah sanggup untuk mengalahkan permasalahan.
Tembok kota Yerikho
pun roboh ketika umat Israel bersorak dan memuji Tuhan. “…berkatalah Yosua kepada bangsa itu: “Bersoraklah, sebab Tuhan telah menyerahkan kota ini kepadamu!…
Lalu bersoraklah bangsa itu, sedang sangkakala ditiup; segera sesudah
bangsa itu mendengar bunyi sangkakala, bersoraklah mereka dengan sorak
yang nyaring. Maka runtuhlah tembok itu, lalu mereka memanjat masuk ke
dalam kota, masing-masing langsung ke depan, dan merebut kota itu.”
(Yosua 6:16, 20).
Paulus dan Silas bebas dari belenggu ketika mereka memuji Tuhan sekalipun mereka dalam penjara. “Tetapi
kira-kira tengah malam Paulus dan Silas berdoa dan menyanyikan
puji-pujian kepada Allah dan orang-orang hukuman lain mendengarkan
mereka. Akan tetapi terjadilah gempa bumi yang hebat, sehingga
sendi-sendi penjara itu goyah; dan seketika itu juga terbukalah semua
pintu dan terlepaslah belenggu mereka semua. (Kisah 16:25-26).
Apapun yang membelenggu kita hari-hari ini, mari hadapi dengan berani
bersama Tuhan dan alami kelepasan di dalam Tuhan yang menuntun kita ke
dalam hidup yang berkemenangan sehingga kita mampu berkata :
“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” Filipi 4:13