Amsal 21:2 - 3
Setiap jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi TUHANlah yang menguji hati.
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.
Melakukan kebenaran dan keadilan lebih dikenan TUHAN dari pada korban.
Segala sesuatu ada di tangan Tuhan
Bagi
banyak orang, manusia adalah satu-satunya yang menentukan masa depan dan
langkah hidupnya sendiri. Bagi banyak orang, segala sesuatu adalah murni
rasionalisme dan kehidupan lebih merupakan sebuah kalkulator. Peroleh datanya,
buat perhitungannya, dan dapatkan hasilnya. Jelas sekali, cara pandang hidup
mekanistik seperti ini mengabaikan Sang Pencipta, mengabaikan Dia yang selalu
menjadi penentu akhir segala sesuatu. Sebagaimana Ayub katakan:
Ayub
23:13
“Tetapi
Ia tidak pernah berubah--siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya,
dilaksanakan-Nya juga.”
Dan sebagaimana Amsal katakan:
Amsal
21:2
“Setiap
jalan orang adalah lurus menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang
menguji hati.”
Amsal
16:1
“Manusia
dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada
TUHAN.”
Amsal
16:2
“Segala
jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang
menguji hati.”
Amsal
19:21
“Banyaklah
rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana.”
Amsal
16:9
“Hati
manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah
langkahnya.”
Terkadang
banyak jalan yang terbuka di hadapan kita. Banyak pertanyaan dan pertimbangan
yang mungkin kita miliki. Tetapi, apa yang Firman Allah katakan? Firman Allah
berkata bahwa sekalipun ada banyak pertanyaan, Dia tahu bagaimana memimpin
hidup kita. Lima kali dalam ayat-ayat Amsal di atas, kita membaca bahwa
meskipun manusia memiliki berbagai rancangan dan pemikiran yang seakan benar di
matanya, pada akhirnya kehendak Tuhanlah yang akan terlaksana. Allahlah yang
menuntun langkah hidup kita dan yang menguji hati kita.
Sebagaimana dikatakan
oleh Yeremia:
Yeremia
10:23
“Aku
tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan jalannya, dan
orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan langkahnya.”
Mungkin
Anda berpikir mengapa sesuatu terjadi seperti ini dan bukan seperti itu. Anda
mungkin menyalahkan diri Anda sendiri, merasa bahwa Anda tidak melakukan yang
terbaik tentang sesuatu hal. Tetapi, kita tidak boleh berlaku seperti ini. Sang
Kapten Kehidupan, Dia yang kepada-Nya Anda telah memercayakan hidup Anda,
memiliki perkataan dan kehendak.
Sebagaimana dikatakan dalam Amsal 24:12:
Amsal
24:12
“Kalau
engkau berkata: "Sungguh, kami tidak tahu hal itu!" Apakah Dia yang
menguji hati tidak tahu yang sebenarnya? Apakah Dia yang menjaga jiwamu tidak
mengetahuinya, dan membalas manusia menurut perbuatannya?”
Tuhan
menjaga jiwa kita dan menguji hati kita. Kita mungkin saja tidak tahu tentang
sesuatu, tetapi Dia mengetahuinya. Allah mengetahui segala sesuatu yang mungkin
telah menyedihkan atau melukai hati kita. Daripada menyalahkan diri sendiri
atas keputusan-keputusan yang telah kita ambil di masa lalu atau merasa
tertekan dengan keputusan-keputusan yang harus kita ambil di masa depan,
marilah kita membuka hati kita kepada Tuhan, memercayakan hidup kita
kepada-Nya, karena Dia tahu bagaimana menuntun hidup kita. Mari kita melihat
sebuah contoh dalam Kisah Para Rasul 16. Paulus tidak menerima penyataan dari
Tuhan dari sejak awal perjalanannya tentang ke mana ia harus pergi serta
memberitakan Firman Tuhan. Namun, tidak berarti ia diam saja di suatu tempat
sambil menunggu datangnya penyataan dari Allah.
Sebaliknya, ia memilih untuk pergi ke Misia. Namun Tuhan mencegahnya. Kemudian ia mencoba pergi ke Galatia, tetapi sekali lagi Tuhan mencegah Paulus untuk pergi ke sana. Akhirnya, ia tiba di Troas dan di sanalah Tuhan menunjukkan kepadanya sebuah penglihatan yang menyuruhnya untuk pergi dan memberitakan Firman Allah di Makedonia. Paulus tidak tinggal di rumahnya sambil menunggu jawaban ya atau tidak dari Tuhan.
Dia juga tidak menyalahkan dirinya sendiri karena pilihannya untuk pergi ke Misia dan Galatia tidak berhasil. Ia mengambil keputusan untuk pergi ke sana. Ia mengetok pintu dengan hati yang jujur dan membiarkan Tuhan untuk membukakan atau menutup pintu yang ia ketok itu. Seringkali kita mendapati diri kita berada di persimpangan jalan di mana kita harus mengambil sebuah keputusan. Marilah kita mengambil keputusan disertai doa dan hati yang murni, serta membiarkan Tuhan untuk memimpin langkah-langkah hidup kita. Yang paling penting bukan kemampuan kita untuk mengambil keputusan atau menerima penyataan. Yang paling penting adalah kita sepenuhnya memercayai Tuhan dan Ia yang akan memimpin hidup kita.
Sebaliknya, ia memilih untuk pergi ke Misia. Namun Tuhan mencegahnya. Kemudian ia mencoba pergi ke Galatia, tetapi sekali lagi Tuhan mencegah Paulus untuk pergi ke sana. Akhirnya, ia tiba di Troas dan di sanalah Tuhan menunjukkan kepadanya sebuah penglihatan yang menyuruhnya untuk pergi dan memberitakan Firman Allah di Makedonia. Paulus tidak tinggal di rumahnya sambil menunggu jawaban ya atau tidak dari Tuhan.
Dia juga tidak menyalahkan dirinya sendiri karena pilihannya untuk pergi ke Misia dan Galatia tidak berhasil. Ia mengambil keputusan untuk pergi ke sana. Ia mengetok pintu dengan hati yang jujur dan membiarkan Tuhan untuk membukakan atau menutup pintu yang ia ketok itu. Seringkali kita mendapati diri kita berada di persimpangan jalan di mana kita harus mengambil sebuah keputusan. Marilah kita mengambil keputusan disertai doa dan hati yang murni, serta membiarkan Tuhan untuk memimpin langkah-langkah hidup kita. Yang paling penting bukan kemampuan kita untuk mengambil keputusan atau menerima penyataan. Yang paling penting adalah kita sepenuhnya memercayai Tuhan dan Ia yang akan memimpin hidup kita.
Inilah yang dikatakan oleh Daud:
Mazmur
37:3-7
“Percayalah
kepada TUHAN dan lakukanlah yang baik, diamlah di negeri dan berlakulah setia,
dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang
diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya,
dan Ia akan bertindak; Ia akan memunculkan kebenaranmu seperti terang, dan
hakmu seperti siang. Berdiam dirilah di hadapan TUHAN dan nantikanlah Dia;”
Mari
kita menyerahkan hidup kita kepada Tuhan dan Dia akan bertindak. Mari kita
berdiam diri di hadapan Tuhan dan menantikan Dia.
Sebagaimana dikatakan dalam
Roma 8:28:
“Kita
tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”
Allah
turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang
mengasihi Dia. DALAM SEGALA SESUATU! Dalam segala sesuatu yang kita anggap
baik, juga dalam segala sesuatu yang kita anggap menyakitkan. Oleh karena itu,
janganlah kita berkecil hati atau kehilangan keberanian kita. Sebaliknya,
biarlah kita memercayai Tuhan karena Dia tahu bagaimana memimpin hidup kita.
Amsal
3:5-6
“Percayalah
kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.